Thursday, December 22, 2011 0 comments

Ibu ...

Ibuku Sayang...


Maafkan aku ibu. Ampuni diriku. Satu tetes air matamu adalah lautan api bagiku. Jangan engkau menangis lagi, jangan engkau berduka lagi! Karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka! Aku takut ibu... aku cuma cemas dengan banyaknya dosaku kepada Allah sekarang bertambah pula dengan dosaku terhadapmu. Dengan apa aku mendapatkan ridho Allah, sekiranya engkau tidak meridhoiku? Apa gunanya semua kemuliaan sekiranya di matamu aku tidak punya kebaikan? Bukankah ridho Allah tergantung ridhomu dan sebaliknya, bukankah kemurkaan Allah tergantung dengan kemurkaanmu? Tahukah engkau ibu, seburuk-buruknya diriku, aku masih merasakan takut kepada murka Allah!! Apalah jadinya hidup, jika hidup itu penuh dengan murka dan laknat, serta jauh dari berkah dan nikmat?


Kalau akan murka itu pula yang aku peroleh, izinkan aku membuang semua kebahagiaanku selama ini, demi hanya untuk menyeka air matamu! Kalau akan engkau pula murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa segala yang aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau, mau engkau perbuat apa.


Sungguh aku tidak mau masuk neraka! sekalipun wahai bunda, aku memiliki kekuasaan seluas Fir'aun, mempunyai kekayaan sebanyak kekayaan Qarun dan mempunyai keahlian setinggi ilmu Haman. Pastikan wahai bunda, tidak akan aku tukar dengan kesengsaraan di akhirat sekalipun sesaat. Siapa pula yang tahan dengan azab neraka, wahai Bunda.


Ibu... Maafkan anakmu! Aku angkat seluruh jemariku dan sebelas dengan kepala untuk mohon maaf kepadamu. Apalah gunanya kemegahan sekiranya engkau doakan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yang tidak berakar ke bumi dan dahannya tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya dimakan kumbang pula! Kalaulah engkau doakan atasku kebinasaan. wahai ibu! Maka tidak ada lagi gunanya hidup, tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan.


Ibu... Dalam sepanjang sejarah anak manusia yang kubaca, tidak ada orang yang bahagia setelah terkena kutuk orang tuanya. Itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan terkena kutuk di akhirat, tentu lebih sengsara!


Wahai bunda... Badanku yang saat ini tegap, rambutku hitam, kulitku kencang, akan datang suatu masa badan yang tegap itu akan ringkih dimakan usia, rambut yang hitam akan dipenuhi uban ditelan oleh masa dan kulit yang kencang akan menjadi keriput ditelan zaman.


Burung elang yang terbang diangkasa, tidak pernah bermain kecuali di tempat yang tinggi, suatu saat nanti ia akan jatuh jua, dikejar dan diperebutkan oleh burung kecil lainnya. Singa si raja hutan yang selalu memangsa, jika telah tiba tuanya, dia akan dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa perlawanan. Tidak ada kekuasaan yang kekal, tidak ada kekayaan yang abadi, yang tersisa hanya amal buruk yang akan dipertanggungjawabkan.


Ibu, doakan anakmu ini agar menjadi anak yang berbakti kepadamu dimasa banyak anak yang durhaka kepada orang tuanya. Angkatlah ke langit munajatmu untukku agar aku memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akhirat.


Setelah ini tidak ada lagi kejauhan antaraku denganmu, bahagiamu adalah bahagiaku, kesedihanmu adalah kesedihanku, tawamu adalah tawaku dan tangismu adalah tangisku. Aku berjanji untuk selalu berbakti kepadamu untuk selamanya, dan aku berharap aku dapat membahagiakanmu selagi mataku masih bisa berkedip.


Bahagiakanlah dirimu... Buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum, ibunda. Ini aku, anakmu sedang bersimpuh di hadapanmu, mencium tanganmu.


Salam hangat dari anakmu
»»  Selengkapnya...
 
;